Presiden Libya Minta Maaf Atas Kesalahan Khadafi


NEW YORK - Presiden Libya yang baru Mohammed al- Megaryef meminta maaf di depan seluruh negara dalam sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas kesalahan mantan Pemimpin Libya Moammar Khadafi. Megaryef mengatakan, dukungan terhadap Arab Spring sangat berguna untuk Libya. "Saya berdiri di depan kalian semua hari ini, di depan dunia, untuk meminta maaf atas kejahatan yang dilakukan oleh raja lalim itu. Saya meminta maaf atas adanya tindakan teror dan pemerasan yang sudah dilakukan," ujar Megaryef, seperti dikutip Reuters, Jumat (28/9/2012). Pidato pemimpin baru di Libya itu jauh lebih singkat dan tidak dramatis seperti halnya pidato Khadafi. Dalam pidatonya yang berlangsung selama satu jam 35 menit, Megaryef kembali membahas insiden tewasnya Duta Besar Amerika Serikat (Dubes AS) untuk Libya Christopher Stevens. Bagi Megaryef, warga Libya merasakan kehilangan sahabatnya, ketika mendengar kabar tewasnya Stevens. Megaryef berjanji akan menghabisi kelompok-kelompok militan yang melakukan serangan di kantor Konsulat AS pada 11 September lalu. Pada Oktober 2011, kematian Khadafi muncul sebagai peristiwa yang sangat dirayakan oleh warga Libya. Megaryef yang saat ini menjadi kepala negara Libya adalah musuh bebuyutan dari Khadafi. Meski demikian, Presiden Zimbabwe Robert Mugabe memandang kematian Khadafi sebagai tragedi yang sama tragisnya dengan kematian Stevens. Menurut Mugabe, warga Afrika justru sedih karena mereka kehilangan sosok Khadafi. "Sebagaimana kita bergabung dengan AS mengecam kematian itu, AS juga harus ikut bersama kita untuk mengecam kematian kepala negara Libya, Khadafi, yang tewas dalam aksi barbar. Kami semua kehilangannya, ini merupakan peristiwa yang tragis di Afrika," ujar Mugabe saat berpidato di Majelis Umum PBB.

Komentar

Postingan Populer